Compulsive Lying Disorder atau disebut dengan pseudologia fantastica atau mythomania adalah kondisi yang menggambarkan perilaku kebiasaan berbohong. Orang dengan gangguan ini tidak mampu mengendalikan kebohongan mereka dan tidak mengalami rasa bersalah terlepas dari bagaimana kebohongan dapat mempengaruhi dirinya dan orang lain. Kurangnya rasa bersalah hasil dari fakta bahwa orang menjadi terjebak dalam kebohongan yang mereka katakan, mereka mulai percaya diri. Mereka akan mendesak bahwa mereka berbicara kebenaran.
Seiring waktu, mereka akan menjadi begitu mahir berbohong dan akan sangat sulit bagi orang lain untuk menentukan apakah mereka berbohong. Dikutip dari Charles C. Dike (2008), Pathological Lying: Symptom or Disease?
Ciri-ciri orang yang terjangkit mythomania :
- Kecenderungan mengarang-ngarang cerita meskipun bukan dalam kondisi mendapatan tekanan.
- Suka membesar-besarkan sesuatu.
- Menciptakan realitas sendiri untuk dirinya.
- Sering kontradiktif pada pernyataan sebelumnya.
- Sangat defensif ketika dipertanyakan pernyatannya.
- Berbohong untuk mendapatkan simpati dan terlihat baik.
- Tidak pernah mengakui berbohong meskipun sudah terbukti berbohong.
- Jago memanipulasi.
- Berpotensi mengadu domba.
Orang-orang yang berpotensi mengidap Mythomania berkeliaran di sekitar kita. Lantas, bagaimana bagaimana seandainya pengidap Mythomania adalah anak kita? Pasangan kita? Teman kita?
Untuk dapat mendeteksi pengidap Mythomania, Orang tua harus memiliki kemampuan mendeteksi kebohongan (lie detection), yang di dalam pelatihan ini disebut dengan Lie Detection Skill for Parenting (Keterampilan mendeteksi Kebohongan Bagi Para Orang Tua).
Manfaat dalam mempelajari Lie Detection Skill for Parenting:
- Memiliki kemampuan membaca bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
- Memiliki kemampuan mendeteksi ketidakjujuran baik dari bahasa tubuh, lisan maupun tulisan.
- Mendeteksi gaya membantah yang sering digunakan oleh semua orang.
- Mampu mendesain pertanyaan yang sulit ditebak.
- Mencegah putera-puterinya menjadi telibat kriminalitas.
- Mencegah putera-puterinya menjadi korban bully.
- Mampu memberikan keputusan yang efektif saat mengetahui kebohongan yang dilakukan putera-puterinya.
Siapa sajakah yang wajib mempelajarinya Lie Detection Skill?
- Para orang tua.
- Praktisi bidang bisnis (Pemilik usaha, Sales, Auditor, Human resource).
- Praktisi bidang Pendidikan (Guru / Dosen / Pengajar / Konselor).
- Praktisi bidang hukum (Jaksa, Hakim, Lawyer, Polisi).
- Praktisi bidang kesehatan (Dokter, Perawat, Therapist).
- Praktisi bidang politik (Politikus).
WORKSHOP LIE DETECTION SKILL FOR PARENTING (PRACTITIONER)
WORKSHOP 1 HARI
- Kelas diadakan selama 1 hari, jam 09.00-17.00.
- Jumlah peserta maksimal 30 orang.
- Peserta membawa flashdisk kapasitas minimal 1 Gb (Peserta berhak mendapatkan file pelatihan).
- Anak usia sekolah dilarang ikut.
Materi yang akan disampaikan di dalam pelatihan 1 hari ini adalah:
- Mendefinisikan kebohongan.
- Membaca bahasa tubuh (body language) dan 7 ekspresi wajah (microexpressions).
- Mengenali sinyal kebohongan dalam bahasa tubuh.
- Mengidentifikasi 7 gaya membantah.
- Menguasai 7 teknik Statement Analysis (Mendeteksi kebohongan dari pernyataan lisan dan tulisan).
- Dasar-dasar menyusun pertanyaan interogatif.
- Praktek menganalisis kasus.
Informasi Pendaftaran :
Richindo (Jogja Learning Center)
Jl. Parangtritis 69 B Yogyakarta
(0274) 385939